Untukmenjaga kemurnian Al-Qur’an, setiap tahun Jibril datang kepada Nabi SAW untuk memeriksa bacaannya. Malaikat Jibril mengontrol bacaan Nabi SAW dengan cara menyuruhnya mengulangi bacaan ayat-ayat yang telah diwahyukan. Kemudian Nabi SAW sendiri juga melakukan hal yang sama dengan mengontrol bacaan sahabat-sahabatnya.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID dMO4MxySsXjigouv0uRzBIkoNjrJU1h4w85eCsK4nD2nAZwv6jjoRw== Apastrategi yang ditawarkan Nabi Muhammad Saw. untuk mengantisipasi kekhawatiran di atas. Ada tiga, “Ajari anak-anak lelakimu berenang dan memanah, dan ajari menggunakan alat pemintal untuk wanita.” (H.R. Al-Baihaqi). “Berenang” adalah simbol kekuatan fisik, skill, menguasai medan, dan pengetahuan.“Memanah” adalah simbol keakurasian, fokus, tepat Suatu ketika Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam pergi ke Tha’if untuk mengajak penduduk Tha’if kepada tauhid. Tak disangka, perlakuan penduduk Tha’if sangat kasar kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Mereka bahkan mengusir Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan melempari Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dengan batu hingga tubuh beliau bersimbah darah. Lalu Allah Ta’ala mengutus malaikat penjaga gunung yang datang bersama malaikat Jibril. Malaikat penjaga gunung menawarkan untuk meratakan dua gunung di Mekah supaya penduduk Tha’if binasa. Maukah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam menerima tawaran malaikat penjaga gunung? Yuk, baca kisah selengkapnya di sini. Post Views 62
Dilansirdari Encyclopedia Britannica, kecenderungan jumlah barang yang ditawarkan produsen kepada konsumen dipengaruhi oleh besaran pajak. apa pengaruh pajak terhadap penawaran semakin besar pajak, semakin sedikit jumlah barang yang ditawarkan.
DISEBUTKAN dalam Shahih Bukhari Volume 4 hadist nomor 3231 Istri Rasulullah SAW Aisyah ra bertanya kepada Rasulullah SAW, “Adakah hari dalam hidupmu yang lebih buruk dari pada hari perang Uhud? Yang manakah hari terburuk dalam hidupmu?” Rasulullah SAW menjawab, “Ya, itu adalah hari Aqabah di Thaif.” Ketika Rasulullah menyampaikan pesan Islam kepada penduduk Thaif, mereka justru menimpukinya dan mereka tidak mendengarkan pesannya dan mereka tidak mematuhi Rasulullah dan beberapa riwayat mengatakan mereka menimpukkinya dengan batu. Ini adalah hari terburuk dalam hidupnya. Lalu ketika Rasulullah berbaring dengan wajahnya menghadap matahari dan tiba-tiba Dia melihat segumpal awan kelabu meneduhi kepalanya. Dan ketika Beliau menengadah, Rasulullah melihat malaikat Jibril Malaikat Jibril berkata “Allah telah menyaksikan apa yang mereka lakukan kepadamu, dan bagaimana perlakuan mereka kepadamu. Jadi Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung untuk membantumu,” Kemudian Malaikat Jibril memanggil malaikat penjaga gunung. Ketika malaikat penjaga gunung datang, Ia berkata kepada Rasulullah SAW, “Tuhanmu telah mengutusku, dan kami telah mendengar dan menyaksikan apa yang dilakukan orang-orang kepadamu. Perintahkanlah apa yang harus kulakukan. Apapun katamu akan ku lakukan. Apa kau ingin aku mengangkat dua gunung di Kota Mekkah? Sehingga orang-orang itu akan remuk karena terhimpit gunung itu?“ Rasulullah SAW menjawab “Tidak, aku lebih mengizinkan jika Allah SWT menjadikan keturunan dari orang-orang ini, generasi orang-orang setelah ini menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya.” MasyaAllah, bayangkanlah Nabi bersabda bahwa ini merupakan hari terburuk dalam hidupnya. Bayangkan jika ini hari terburuk dalam hidup kita dan seseorang ingin menolongmu dan berkata, “Aku dapat menghancurkan mereka” Tapi di sini Rasulullah menjawab “Jangan hancurkan mereka”. Beliau justru menginginkan agar keturunanan mereka tidak mengikuti mereka dan beriman kepada Allah. Disebutkan dalam Shahih Bukhari Volume 8 hadist nomor 6397 bahwa seseorang menghampiri Rasulullah dan berkata, “Penduduk Daus mereka tidak setuju dengan pesan Islam dan mereka menolak pesannya mengapa kau tidak mengutuk penduduk Daus ini?” Dan sahabat mengira bahwa sekarang Rasulullah akan mengutuk penduduk Daus. Tapi Rasulullah SAW justru berdoa kepada Allah, “Ya Allah, tuntunlah penduduk Desa Daus sehingga mereka dengat dengan kami. Berilah hidayah, berilah petunjuk”. Dan Rasul tidak mengutuk mereka. Begitulah teladan Nabi, selalu sabar dalam segala kondisi. Hal ini tentu akan sangat sulit direalisasikan pada masa kini. Dimana sebagian kita, lebih memilih marah dan benci. []
Semulaamanah itu ditawarkan kepada makhluk yang besar-besar, seperti langit bumi, dan gunung. Namun, mereka enggan menerimanya karena khawatir tidak dapat melaksanakan amanah itu. Allah SWT menawarkan kepada manusia–ada ahli tafsir menyebutnya kapada manusia di alam arwah dan ada pula yang meyebutkan Nabi
- Perang Hamra Al-Asad merupakan salah satu pertempuran yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad. Kendati demikian, ada pula sejarawan yang tidak menggolongkannya sebagai perang karena dalam peristiwa ini tidak terjadi konfrontasi senjata secara langsung. Perang Hamra Al-Asad terjadi pada tahun 3 Hijriah 625 Masehi, tepat setelah Perang Uhud antara umat Muslim dengan kaum kafir perang ini, Nabi Muhammad ingin melemahkan mental musuh yang baru saja mengalahkan pasukan Islam dalam Perang Uhud. Berikut sejarah Perang Hamra Al-Asad. Baca juga Pahlawan-Pahlawan Wanita dalam Perang UhudPenyebab Perang Hamra Al-Asad Perang Uhud terjadi di Gunung Uhud, sekitar 5 kilometer di sebelah utara Kota Madinah. Dalam perang ini, umat Islam menderita kekalahan dari kaum kafir Quraisy Mekkah. Meski unggul, pemimpin pasukan kafir Quraisy yang bernama Abu Sufyan tidak puas karena gagal membunuh Nabi Muhammad. Perkataan Abu Sufyan dalam perjalanannya kembali ke Mekkah itu sampai kepada Rasulullah melalui mata-matanya. Rasulullah segera menyusun strategi agar kaum kafir Quraisy tidak melancarkan serangan kembali dan membahayakan umat Muslim di Madinah. Tidakmasuk akal. Apakah ada ayatnya di Qur’an yang menyebutkan nabi Daud pergi ke Mekah? Sebaliknya jika Paran ada di timur jazirah Sinai maka penuturan Alkitab sangat masuk akal. bahwa sebenarnya hati Bileam itu tergiur dengan segala apa yang ditawarkan oleh Raja Balak. 9, 10 "Ketujuh kepala itu adalah tujuh gunung, yang di atasnya Semua gunung yang ada di bumi dijaga oleh Malaikat. Tak hanya dijaga, Malaikat penjaga gunung juga bisa mengangkat sebuah gunung, dan menimpakan kepada satu kaum atau sebuah negeri. Begitu dahsyat kekuatan Malaikat yang diberikan oleh Allah SWT. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah ditawari bantuan oleh Malaikat penjaga gunung untuk menghancurkan sebuah kaum. Namun, Rasulullah SAW tidak ingin ada kaum yang binasa dan negeri yang hancur, hanya karena mereka tidak mau taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam al-Qur’an, terdapat sebanyak 35 kata gunung. Di Hari Kiamat nanti, gunung-gunung akan beterbangan seperti kapas atau bulu yang beterbangan. Artinya, gunung dengan tinggi dan besarnya di mata manusia, ternyata sangat kecil di mata Allah SWT. Kita juga mungkin bisa takjub dengan kekuatan para pendaki yang mampu mendaki semua gunung tertinggi di dunia. Mereka menjelajah semua pegunungan dengan tingkat rintangan dan kesulitan tinggi. Ternyata semua itu kecil bagi Allah dan para Malaikat-Nya. Karena itu, perlu kita mengkaji untuk megetahui Malaikat-Malaikat utusan Allah sebagai bentuk penguatan keimanan, dan tak mudah takjub dengan kekuatan dan kemampuan manusia. Kekuatan Allah jauh di atas segalanya. Bahkan, kekuatan yang diberikan kepada Malaikat saja, ternyata sungguh jauh lebih dahsyat dibanduingkan apa yang dimiliki manusia. Dalam tulisan ini, akan dibahas mengenai Malaikat penjaga gunung, yang juga ditulis dalam Kitab Akidah dan Rukun Iman karya Dr Umar Sulaiman al-Asyqar. Dalam serialnya, pembahasan Malaikat dikupas dalam satu kitab. Begitu pentingnya kita mempelajari tentang Malaikat, sehingga dengan membaca satu tulisan saja pasti tidak cukup. Dalam hadist yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, menceritakan, Allah SWT pernah mengutus Malaikat penjaga gunung kepada hamba dan Rasul-Nya, Muhammad SAW. Malaikat itu menawarkan kepada Beliau bantuan untuk membinasakan penduduk Makkah. Dalam shahih Bukhari No. 3231 dan Muslim No 1795, terdapat sebuah riwayat dari Aisyah ra, ia pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah engkau pernah merasakan hari yang lebih dahsyat daripada Perang Uhud?” Beliau menjawab “Aku pernah mengalami cobaan dari kaummu dahulu. Cobaan terberat terberat yang aku alami dari mereka adalah pada waktu peristiwa Aqabah nama sebuah tempat di Mina, Makkah.” Saat itu, aku meminta bantuan kepada Ibnu Abdul Yalil bin Abdu Kulal, namun ia enggan memenuhi permintaanku. Aku pun melanjutkan perjalananku. Ketika aku sangat gelisah sehingga aku tidak tahu lagi kemana arah yang harus kutuju. Akhirnya aku sampai di Qarnuts Tsa’alib wilayah dekat Makkah. Di sana aku mengangkat kepalaku ke langit, ternyata ada sebuah gumpalan awan yang memanggilku lalu berkata “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu kepadamu dan penolakan mereka terhadap dirimu. Dan Allah telah mengutus Malaikat penjaga gunung agar engkau memerintahkannya sekehendakmu untuk membalas perbuatan mereka.” Malaikat penjaga gunung memanggilku, mengucapkan salam kemudian berkata “Wahai Muhammad! Perintahkanlah kepadaku sekehendakmu, jika engkau mau, aku akan menimpakan kedua gunung ini kepada mereka. Yaitu gunung Abu Qubays dan al-Ahmar serta dua gunung di Mina. Namun, Nabi berkata “Tidak, tetapi aku berharap Allah menjadikan dari anak keturunan mereka orang-orang yang hanya menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apa pun”. Dalam hadist tersebut, menunjukkan kepada kita bahwa betapa kuat dan dahsyatnya Malaikat penjaga gunung. Malaikat punya kemampuan mengangkat dua gunung besar sekaligus dan mampu menimpakannya kepada satu kaum atau sebuah negeri. Lalu, dengan kekuatan kita yang terbatas ini, apa yang hasrus disombongkan? Perlu juga dipahami, Malaikat penjaga gunung tidak berarti ia bertugas untuk menjaga gunung agar manusia tidak merusak. Kata para ulama, hakikat tugas Malaikat yang ada di gunung, tidak ada penjelasan rinci mengenai hal tersebut. Maka cukup bagi kita untuk mengimani bahwa Allah telah menempatkan Malaikat di setiap gunung, taat dan tunduk terhadap apa pun perintah Allah kepada mereka. Faidah atau hikmah lain dari hadist di atas, menunjukkan bahwa Nabi SAW bukanlah seorang pendendam, bukan pula orang yang suka berputus asa. Rasulullah SAW lebih suka mendoakan dan meminta kepada Allah agar orang-orang yang menyakiti dan membangkang kepadanya, diberi hidayah. Pertama, hadist ini menerangkan betapa dahsyatnya penderitaan Nabi saat berdakwah dan memanggil kaumnnya ke dalam Islam. Nabi tak hanya menerima fitnah dan caci makian, tetapi sampai pada kezaliman secara fisik seperti pelemparan, serta teror dan ancaman pembunuhan. Begitu dahsyatnya penderitaan yang dialami Nabi, namun beliau tetap sayang kepada sesama. Kedua, hadist ini menjelaskan betapa teguh, tangguh, dan sabarnya Rasulullah dalam berdakwah. Bahkan, beliau menujukkan rasa sayang kepada ummatnya. Kalau bukan karena rasa kasih dan sayang, maka hancurlah ummat saat itu, seperti dikisahkan dalam hadits di atas. Ini adalah sebuah kenikmatan, di mana Allah mengutus Nabi yang sangat penyayang. Beliau disakiti, malah dibalas dengan doa dan kebaikan. Ketiga, dari hadits tersebut, para ulama menyatakan kepada para pendakwah, mubaligh, ustadz, atau dai. Mereka seharusnya mengikuti tuntunan Nabi dalam berdakwah, ceramah, dan menyampaikan risalah Allah. Mereka harus bersikap lemah lembut rifqun linnass, penyayang rahmah, dan bersungguh-sungguh bi hartsi alaihim meginginkan kebaikan bagi umat yang didakwahi, Ini adalah karakterisitik ahlussunnah wal jamaah, yaitu, paling tahu tentang kebenaran dan paling penyayang kepada sesama manusia. Sabda Nabi, “Laa yu’minu ahadukum hattaa yuhibba li-akhihi kamaa yuhibbu linafsihi”, maksudnya, tidak beriman seseorang sebelum ia mencintai kebaikan kepada orang lain sebagaimana ia mencintai kebaikan bagi dirinya sendiri. Kebaikan tertinggi dalam Islam adalah hidayah, taat, taqwa, dan iman kepada Allah SWT. Wallahu a’lam. Aza KemudianMalaikat Jibril a.s memanggil malaikat penjaga gunung. Ketika malaikat penjaga gunung datang, Ia berkata kepada Rasulullah SAW, “Tuhanmu telah mengutusku, dan kami telah mendengar dan menyaksikan apa yang dilakukan orang-orang kepadamu. Perintahkanlah apa yang harus kulakukan. Apapun katamu akan ku lakukan. BISA dikatakan, kecintaan umat muslim kepada sang panutan Nabi Muhammad Saw merupakan cinta yang sejati. Bagaimana tidak, tanpa pernah bertemu, bertatap muka, kita bisa begitu menyayanginya, mengagumi sosoknya. Hanya melalui kisah-kisahnya tentangnya lah rasa rindu padanya bisa sedikit terobati. Kisah berikut mengisahkan tentang masa-masa yang amat membuat Rasulullah Saw begitu bersedih. Perasaan pilu tersebut melebihi kesedihannya ketika Rasul akan dibunuh pada perang Uhud. Bahkan Nabi mengatakan jika tidak ada yang paling menyedihkan dalam hidupnya selain hari itu. Ternyata kesedihan ini justru menjadi kemarahan malaikat penjaga gunung. Sampai-sampai, malaikat tersebut ingin mengangkat dua gunung lalu menghimpitkannya ke Kota Mekkah. Seperti apa kisahnya? Disebutkan dalam Shahih Bukhari Volume 4 hadist nomor 3231 Istri Rasulullah SAW Aisyah ra bertanya kepada Rasulullah SAW “Adakah hari dalam hidupmu yang lebih buruk dari pada hari perang Uhud?” Yang manakah hari terburuk dalam hidupmu? Rasulullah SAW menjawab, Ya, itu adalah hari Aqabah di Thaif. Ketika Rasulullah menyampaikan pesan Islam kepada penduduk Thaif, mereka justru menimpukinya dan mereka tidak mendengarkan pesannya dan mereka tidak mematuhi Rasulullah dan beberapa riwayat mengatakan mereka menimpukkinya dengan batu. Ini adalah hari terburuk dalam hidupnya. Lalu ketika Rasulullah berbaring dengan wajahnya menghadap matahari dan tiba-tiba Dia melihat segumpal awan kelabu meneduhi kepalanya. Dan ketika Beliau menengadah, Rasulullah melihat malaikat Jibril Malaikat Jibril berkata “Allah telah menyaksikan apa yang mereka lakukan kepadamu, dan bagaimana perlakuan mereka kepadamu. Jadi Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung untuk membantumu,” Kemudian Malaikat Jibril memanggil malaikat penjaga gunung. Ketika malaikat penjaga gunung datang, Ia berkata kepada Rasulullah SAW, “Tuhanmu telah mengutusku, dan kami telah mendengar dan menyaksikan apa yang dilakukan orang-orang kepadamu. Perintahkanlah apa yang harus kulakukan. Apapun katamu akan ku lakukan. Apa kau ingin aku mengangkat dua gunung di Kota Mekkah? Sehingga orang-orang itu akan remuk karena terhimpit gunung itu?“ Rasulullah SAW menjawab “Tidak, aku lebih mengizinkan jika Allah SWT menjadikan keturunan dari orang-orang ini, generasi orang-orang setelah ini menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya” MasyaAllah, bayangkanlah Nabi bersabda bahwa ini merupakan hari terburuk dalam hidupnya. Bayangkan jika ini hari terburuk dalam hidup kita dan seseorang ingin menolongmu dan berkata “Aku dapat menghancurkan mereka” Tapi di sini Rasulullah menjawab “Jangan hancurkan mereka” Beliau justru menginginkan agar keturunanan mereka tidak mengikuti mereka dan beriman kepada Allah. Disebutkan dalam Shahih Bukhari Volume 8 hadist nomor 6397 bahwa seseorang menghampiri Rasulullah dan berkata “Penduduk Daus mereka tidak setuju dengan pesan Islam dan mereka menolak pesannya mengapa kau tidak mengutuk penduduk Daus ini?” Dan sahabat mengira bahwa sekarang Rasulullah akan mengutuk penduduk Daus. Tapi Rasulullah SAW justru berdoa kepada Allah “Ya Allah, tuntunlah penduduk Desa Daus sehingga mereka dengat dengan kami. Berilah hidayah, berilah petunjuk”. Dan Rasul tidak mengutuk mereka. Begitulah teladan Nabi, selalu sabar dalam segala kondisi. Hal ini tentu akan sangat sulit direalisasikan pada masa kini. Dimana sebagian kita, lebih memilih marah dan benci. []
Parasahabat Rasul tentu saja kaget dengan pertanyaan Rasulullah. Umar yang sejak tadi menunggu perintah Rasulullah untuk membunuh orang ini seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Maka Umar memberanikan diri bertanya, “Makanan apa yang Anda maksud wahai Rasulullah? Orang ini datang ke sini ingin membunuh bukan ingin masuk Islam!”
Hari itu Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam sedang berada di bilik sederhana sang istri tercinta, Aisyah binti Abu Bakar Al-Shiddiq, yang terkenal cerdas, lincah, dan memiliki spontanitas yang mengagumkan. Ia juga fasih berbicara dan berkarakter kuat sebagai hasil didikan Bani Makhzum, salah satu marga terkemuka di kalangan suku Quraisy. Setelah memperbincangkan berbagai hal, putri khalifah pertama dalam sejarah Islam itu bertanya kepada sang suami tercinta yang langka bandingannya, “Wahai Rasul! Apakah engkau pernah mengalami luka yang lebih parah daripada luka dalam Perang Uhud?” BACA JUGA Ketika Gunung-gunung Pun Terbang “A’isyah!” jawab Rasulullah Saw. kepada sang istri yang usianya lebih muda sekitar empat puluh lima tahun dengan beliau. “Sungguh, aku pernah mengalami penyiksaan oleh kaummu. Penyiksaan yang paling pedih kualami terjadi pada peristiwa Aqabah. “Kala itu aku mendatangi lbn Abd Yalil bin Abd Kulal. Namun, dia tidak mengacuhkan apa yang kuinginkan. Lalu, dengan gundah, aku berlalu. Setibanya di Qarn Al-Tsa’alib, kuangkat kepalaku ke atas. Tiba-tiba aku melihat Jibril di situ. Dia memanggilku dan mengatakan, Sungguh, Allah Swt. mendengar ucapan kaummu kepada-mu dan jawaban mereka kepadamu. Karena itu, Allah mengutus kepadamu malaikat yang mengurus gunung untuk diperintahkan menyiksa kaummu sesuai dengan kehendakmu.’ “Maka, malaikat yang mengurus gunung itu mendatangiku dan menyapaku, dan selepas mengucapkan salam kepadaku, dia berkata, Wahai Muhammad! Sungguh, Allah mendengar ucapan kaummu. Aku adalah malaikat yang mengurus gunung. Aku diperintahkan oleh Tuhanmu untuk mengurus gunung. “Aku diperintahkan oleh Tuhanmu untuk mendatangimu agar melaksanakan apa yang engkau perintahkan kepadaku. Lalu, apa yang engkau kehendaki? Kalau engkau mau, aku akan membenturkan dua gunung ini kepada mereka!’ BACA JUGA Keadaan Malaikat saat Kiamat Aku justru berharap agar Allah memunculkan, di antara anak keturunan mereka, orang-orang yang beriman kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun,’ jawabku.” Usai bertutur demikian, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam kemudian menikmati rehat bersama istri tercinta yang terkenal sangat cemburu dengan Khadijah binti Khuwailid, istri pertama beliau. [] Sumber Mutiara Akhlak Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam 100 Kisah Teladan tentang Iman, Takwa, Sabar, Syukur, Ridha, Tawakal,Ikhlas, Jujur, Doa, dan Tobat/Karya Ahmad Rofi Usmani/Penerbit Mizania/2006 Ikuti kami selengkapnya di WhatsApp silakan mendaftar terlebih dahuluInstagram pusatstudiislamTelegram Fanspage
CINTAKEBAIKAN - Sahabat hikmah, ingatkah kisah saat Rasulullah menolak bantuan yang ditawarkan malaikat Jibril untuk menimpakan gunung kepada masyarakat Thaif yang telah menghina Rasulullah dan para sahabat? Kala itu, Rasul membalas perlakuan masyarakat Thaif dengan memaafkan mereka. Sebuah sikap bijak yang menjadi salah satu
JAKARTA - Nabi Muhammad SAW pernah menolak tawaran malaikat yang siap membinasakan kaum yang menyakitinya. Namun, tawaran dari malaikat itu ditolak Nabi dengan lembut."Aku hanya berharap kepada Allah Subhaanahu Wata'ala, seandainya saat ini mereka tidak menerima Islam, semoga kelak di antara keturunan mereka akan lahir orang-orang yang menyembah dan beribadah kepada Allah Subhaanahu Wata'ala," kata Nabi saat menyampaikan penolakan tawaran malaikat penjaga gunung kepada Nabi Muhammad itu terjadi di Qarnul Manazil, setelah melihat Nabi disakiti oleh penduduk di Thaif sampai berlumuran darah. Malaikat penjaga gunung itu atas izin Allah Subhanahu Wata'ala berkata, "Apa pun yang engkau perintahkan akan kulaksanakan. Bila engkau sukai, akan ku benturkan gunung-gunung yang ada di sekitar kota ini sehingga siapa saja yang tinggal di antaranya akan hancur binasa. Atau apa pun hukuman yang engkau inginkan." Begitulah tawaran malaikat yang ditolak Nabi hadits Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi dalam kitabnya Fadhilah Amal mengatakan, selama sembilan tahun, sejak masa kerasulan, Nabi Muhammad SAW telah berusaha menyampaikan ajaran Islam dan mengusahakan hidayah serta perbaikan kaumnya di Makkah. "Namun, kebanyakan orang-orang Makkah selalu menyakiti, memperolok-olok, dan berbuat semena-mena terhadap Baginda Nabi Muhammad dan para sahabat kecuali sekelompok kecil orang yang sudah masuk Islam dan beberapa orang yang selalu membantu beliau walaupun belum masuk Islam," katanya. Pada tahun ke-10 kenabian ketika Abu Thalib paman Rasulullah meninggal dunia, kaum kafir mendapat kesempatan untuk mencegah perkembangan Islam dan menyakiti kaum Muslimin secara lebih leluasa. Untuk menghindari penindasan itu, Rasulullah pergi ke Thaif yang didiami kabilah Tasqif yang berjumlah besar dengan harapan apabila kabilah tersebut masuk Islam, kaum Muslimin akan terbebas dari berbagai penderitaan dan Thaif akan menjadi fondasi penyebaran agama Zakariyya al-Kandahlawi menceritakan, setibanya di Thaif, Baginda Rasulullah langsung menemui tiga orang yang ditokohkan. Rasulullah mengajak mereka untuk hanya beribadah kepada Allah. "Akan tetapi, mereka bukannya menerima atau paling tidak berlaku sopan kepada tamu yang baru datang sebagaimana adat bangsa Arab yang terkenal dengan memuliakan tamu, bahkan mereka tanpa basa-basi menyambut beliau dengan sikap dan akhlak yang sangat buruk," mereka pun tidak rela Baginda Rasulullah tinggal di situ. Padahal, orang-orang yang yang dianggap sebagai tokoh seharusnya berbicara dengan sopan dan berakhlak mulia kepada seorang tamu. Maulana Zakariyya mengisahkan bagaimana mereka merendahkan Rasulullah kala itu. Salah satu di antara mereka ada yang berkata, "Oh kamu orang yang diutus oleh Allah sebagai nabi." Kemudian, yang kedua berkata, "Apakah Allah tidak menemukan selain kamu untuk diutus sebagai rasul." Sementara itu, yang ketiga juga sama, merendahkan Rasulullah. "Aku tidak mau berbicara dengan kamu, sebab jika kamu memang seorang nabi seperti pengakuanmu, lalu aku menolakmu, tentu aku tidak lepas dari musibah. Jika kamu pembohong, aku tidak mau bicara dengan pembohong."Mendengar ejekan itu Rasulullah tidak berputus asa dan terus berusaha untuk mendekati masyarakat umum, tetapi tidak seorang pun yang mau mendengarkannya. Jangankan menerima, bahkan mereka mengusir Rasulullah. "Tinggalkan segera kami, pergilah ke mana kamu!"Maulana Zakariyya al-Kandahlawi mengatakan, ketika Baginda Rasulullah sudah tidak dapat mengharapkan mereka dan bersiap-siap untuk kembali, mereka menyuruh anak-anak kota membuntuti Rasulullah. Mereka lalu mengganggu, mencaci, dan melempari Rasulullah dengan batu sehingga kedua sandal beliau berlumur darah. Dalam keadaan seperti itulah Rasulullah meninggalkan Thaif. Di tengah perjalanan, tatkala sudah merasa aman dari gangguan anak-anak nakal itu, beliau berdoa kepada Allah. "Ya Allah, aku adukan kepada-Mu lemahnya kekuatanku, habisnya upayaku, dan kehinaanku dalam pandangan manusia. Wahai Yang Maha Penyayang melebihi sekalian penyayang, Engkaulah Tuhan orang-orang yang tertindas dan Engkaulah Tuhanku. Kepada siapakah Engkau serahkan diriku? Kepada orang asing yang akan memandangku dengan muka masam atau kepada musuh yang Engkau kuasakan kepadanya segala urusanku? Tiada keberatan bagiku asalkan Engkau tidak murka kepadaku. Perlindungan-Mu sudah cukup bagiku. Aku berlindung kepada-Mu dengan Nur-Dzat-Mu yang menyinari segala kegelapan, dan dengannya menjadi baik segala urusan dunia dan akhirat. Aku berlindung dari turunnya kemarahan-Mu kepadaku atau kemurkaan-Mu kepadaku. Aku sanggup berbuat apa saja, hingga Engkau ridha. Tiada daya dan upaya melainkan denganmu."Setelah doa inilah Allah Subhanahu Wata'ala Penguasa Alam pun memperlihatkan keperkasaannya dan mengutus Malaikat Jibril AS untuk datang memberi salam kepada Nabi. Ia berkata, "Allah Subhanahu Wata'ala mendengar ucapanmu dan jawaban kamu dan Dia mengutus kepadamu malaikat penjaga gunung agar siap melaksanakan apa pun perintahmu kepadanya." "Namun, perintah pembinasaan kaum kafir itu ditolak Rasulullah dengan lembut. Demikianlah akhlak Rasulullah yang mulia," kata syaikhul hadits Maulana Muhammad Zakariyya Maulana mengingatkan bahwa kita mengaku sebagai pengikutnya Nabi Muhammad SAW. Namun, ketika sedikit kesulitan atau celaan menimpa kita, kita langsung marah, bahkan menuntut balas seumur hidup. Kezaliman dibalas dengan kezaliman, sambil kita terus mengaku sebagai umat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. "Meskipun mengalami penderitaan dan kesusahan yang berat, Rasulullah SAW tidak berdoa buruk dan tidak menuntut balas," katanya. COk2.
  • eae8rtjwwa.pages.dev/31
  • eae8rtjwwa.pages.dev/290
  • eae8rtjwwa.pages.dev/158
  • eae8rtjwwa.pages.dev/469
  • eae8rtjwwa.pages.dev/454
  • eae8rtjwwa.pages.dev/287
  • eae8rtjwwa.pages.dev/292
  • eae8rtjwwa.pages.dev/238
  • apa yang ditawarkan malaikat gunung kepada rasulullah